Cara Sederhana Cek Hewan Kurban Sehat Menurut Pakar UGM, Cukup Pegang Telinga

Setiap tahun menjelang Idul Adha, jutaan umat Muslim di Indonesia mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah kurban. Namun, tampaknya masih banyak yang belum memahami seluk-beluk memilih hewan kurban yang tepat. Kesalahan dalam memilih hewan bisa berakibat fatal, kurban yang sudah direncanakan dengan susah payah bisa menjadi tidak sah atau bahkan berbahaya bagi kesehatan.

 

Wakil Ketua Halal Center Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Ir. H. Nanung Danar Dono, mengungkap berbagai fakta penting tentang praktik kurban yang benar. "Yang penting penampakan secara umumnya sehat. Penampakan umum sehat," tegas Dr. Nanung, saat ditemui di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Senin (26/5/2025).

 

Selanjutnya, Dr. Nanung juga mengupas tuntas tentang bagaimana penanganan terhadap hewan kurban yang sakit secara mendadak di hari penyembelihan. Harapanya umat Islam terutama panitia penyembelihan hewan kurban memahami dengan baik ciri-ciri hewan kurban yang sehat serta penanganan yang diperlukan jika kondisi hewan kurban sakit secara mendadak, sehingga pelaksanaan ibadah kurban sah menurut syariat dan tidak membahayakan masyarakat.

 

Dr. Nanung menekankan bahwa menilai kesehatan hewan tidak selalu memerlukan keahlian khusus yang rumit. Bahkan memastikan kondisi hewan kurban benar-benar sehat dan layak disembelih atau tidak bisa dilakukan dengan cara yang sederhana.

 

"Orang-orang yang biasa memelihara sapi kan tahu ya, sebenarnya sapi sehat atau sakit. Ya kalau kita sih diberi makan, kalau dia mau makan lahap berarti dia sehat. Kalau nggak mau makan, nek ora wareg (kalau tidak kenyang) ya sakit."

 

Indikator pertama yang paling mudah diamati adalah nafsu makan hewan. Hewan yang sehat akan menunjukkan tanda saat diberi pakan, makan dengan lahap, dan tidak memilih-milih makanan. Selain itu, cara berjalan hewan juga menjadi petunjuk penting.

 

"Ketika kondisi hewan itu secara fisik sehat, makannya lahap, jalannya sehat, tegap, gagah, wajahnya ceria, moncongnya itu sedikit basah berembun, napasnya normal, kemudian kakinya juga normal, mulutnya tidak ada luka, tidak ada benjol-benjolan penyakit lato-lato, itu berarti dia oke."

 

Dia juga menambahkan, salah satu kearifan lokal yang sangat efektif dan mudah dipraktikkan adalah cara mengecek demam pada hewan melalui telinga.

 

"Demam itu tidak diukur dengan termometer, tapi dipegang telinganya. Telinganya itu dingin. Kalau demam, ini panas banget." Dr. Nanung menjelaskan.

 

Namun, ada peringatan khusus yang harus diperhatikan terkait demam tinggi pada hewan. "Nah kalau demam tinggi hati-hati, karena salah satu indikasi hewan kena penyakit antraks itu demam tinggi. Demam tinggi itu bukan satu-satunya indikasi antraks ya, bisa penyakit yang lain, tetapi hati-hati, itu sudah indikasi awal, bahwa hewannya sakit."

 

Meskipun pemeriksaan sederhana sudah cukup membantu, Dr. Nanung tetap menyarankan pentingnya surat keterangan resmi.

 

"Akan lebih baik kalau ada SKKH. SKKH itu kalau zaman sekarang Surat Veteriner. SKKH itu Surat Keterangan Kesehatan Hewan. Itu surat dari dokter hewan untuk menyatakan hewan ini sehat. Idealnya yang seperti itu, yang ada. Tapi kalaupun itu tidak ada, ya sudah," tambahnya.

 

Repost dari Liputan 6 :