Malindo Ekspor Perdana Produk Olahan Unggas ke UEA

Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) kembali mencatat pencapaian positif dalam ekspor produk peternakan. Sebanyak 40 ton produk olahan unggas resmi diekspor ke empat negara, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Oman, Singapura, dan Jepang, oleh PT Malindo Food Delight (Malindo).

Dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Agung Suganda, serta Direktur PT Malindo Food Delight (Malindo), Rewin Hanrahan. Prosesi pelepasan ekspor ini berlangsung di Kawasan Industri GIIC Block AA Nomor 10, Sukamahi, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Senin (14/7).

Dirjen PKH Kementan, Agung Suganda, mengapresiasi atas langkah nyata Malindo dalam memperluas pasar produk olahan unggas Indonesia ke luar negeri. Ia menyebut ekspor ini sebagai bukti bahwa produk unggas nasional mampu bersaing di pasar global. “Ini juga menunjukkan bahwa Malindo beserta mitranya terus menjalin kerja sama ekspor. Tahun ini sudah dua kali ekspor dilakukan, sebelumnya pada April,” jelas Agung.

Ia merinci bahwa dari total 40 ton produk yang diekspor, 11 ton dikirim ke Uni Emirat Arab (UEA) yang menjadi ekspor perdana ke negara tersebut. Selain itu, 11 ton menuju Oman, 12 ton ke Singapura, dan 6 ton ke Jepang. “Yang pertama hari ini dilepas ekspor ke UEA. Satu kontainer 40 feet. Ekspor ini juga menjadi kelanjutan dari pengiriman sebelumnya ke Oman, Jepang, dan Singapura, serta menjadi momentum pembukaan pasar baru di Timur Tengah. Ekspor kali ini memiliki nilai ekonomi sebesar 149.000 USD atau setara dengan Rp 2,4 miliar,” sebutnya.

Agung juga menekankan bahwa upaya ekspor ini merupakan bagian dari arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman dan Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam mendorong hilirisasi sektor peternakan. Menurutnya, transformasi dari komoditas mentah menjadi produk olahan penting untuk meningkatkan nilai tambah, menyejahterakan peternak, dan menjaga stabilitas pasar unggas dalam negeri.

Ia menyatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong pembukaan pasar ekspor baru, termasuk ke Arab Saudi. Ia menyoroti potensi konsumsi besar dari jemaah haji dan umrah asal Indonesia yang setiap tahunnya mencapai ratusan ribu orang. “Saya tunggu undangan berikutnya untuk ekspor ke Arab Saudi. Kalau bisa disuplai dengan produk olahan ayam Malindo untuk jemaah haji dan umrah, itu luar biasa,” pintanya.

Ia mengatakan bahwa permintaan dari negara-negara mitra seperti Malaysia juga semakin terbuka. Delegasi pengusaha Malaysia bahkan telah menyatakan bahwa telah ada lampu hijau dari pemerintah mereka terkait ekspor produk unggas dari Indonesia, setelah sebelumnya terkendala oleh isu government-to-government(G2G) dan sertifikasi halal.

Lebih lanjut, Agung menegaskan bahwa produk olahan unggas dari Malindo telah memenuhi standar nasional dan internasional, termasuk aspek kehalalan. Ia menyebut keberhasilan ekspor ini juga akan membantu mengurai permasalahan harga ayam hidup di dalam negeri. “Pemerintah sudah menetapkan HPP (harga pokok produksi) dan alhamdulillah sudah satu bulan lebih harga ayam hidup di tingkat peternak stabil,” beber Agung.

Menutup pernyataannya, Agung mengajak perusahaan-perusahaan peternakan besar lainnya untuk ikut mendorong ekspor produk olahan unggas. “Ini langkah penting untuk mengurai pasar lokal dan menyeimbangkan suplai. Saya mengajak tidak hanya Malindo, tetapi juga integrator besar lainnya untuk melakukan hal yang sama,” ajak Agung.

Dikesempatan yang sama, Direktur PT Malindo Food Delight (Malindo), Rewin Hanrahan, mengatakan, momentum hari ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Malindo. “Kami bersyukur dan bangga karena produk olahan unggas yang kami hasilkan melalui proses higienis dan berstandar internasional, kini dipercaya menembus pasar Timur Tengah, Asia Timur, dan Asia Tenggara,” ungkap Rewin.

Ia memaparkan, ekspor ke Uni Emirat Arab, Oman, Singapura, dan Jepang mencerminkan kepercayaan internasional terhadap kualitas produk Malindo. Negara-negara tersebut akan tetap menjadi pasar utama ekspor hingga akhir tahun, dengan estimasi pengiriman mencapai 14 kontainer. Ia menyebut bahwa pengiriman ke Oman telah dilakukan beberapa kali, bahkan produknya sudah dipajang di supermarket. “Dengan adanya repeat order ini, berarti produk kita lumayan diterima di pasar Oman,” tandasnya.

Rewin menerangkan, Malindo mengekspor berbagai produk olahan ayam seperti Sanikot, Sohib, dan Cikiwiki, bahkan melayani pesanan khusus sesuai karakteristik pasar tujuan. Salah satunya adalah ekspor satu kontainer ke Singapura yang dibuat secara spesifik berdasarkan permintaan pasar setempat. “Kami memproduksi produk olahan unggas dengan standar internasional, menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi yang telah bersertifikasi ISO 22000 dan ISO 9001. Selain itu, kami juga telah mengantongi sertifikat Halal, Nomor Kontrol Veteriner (NKV), dan Buku Komputer (Bukom),” papar Rewin.

Ia menambahkan, seluruh ayam yang digunakan berasal dari peternakan milik perusahaan yang bebas Avian Influenza dan telah memenuhi standar kompartemen, menjamin keamanan dan kualitas produk untuk pasar ekspor.

Rewin menyatakan bahwa perusahaannya berkomitmen untuk terus memperluas pasar ekspor, termasuk ke negara-negara baru seperti Brunei Darussalam, Timor Leste, dan Arab Saudi. “Saat ini kami juga sedang menjajaki kerja sama ekspor berbasis government-to-government (G2G) dengan Arab Saudi melalui fasilitasi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Ditjen PKH Kementan),” katanya.

Ia mengakui bahwa dukungan pemerintah sangat krusial dalam pembukaan pasar ekspor. “Ekspor ini tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari Kementerian Pertanian (Kementan). Karena untuk menembus pasar luar negeri, kita butuh dorongan dari sisi G2G,” tekan Rewin.

Meski fokus memperkuat pasar ekspor, Rewin tidak menampik bahwa pasar domestik masih penting. Ia mencatat bahwa permintaan dalam negeri cenderung musiman, dipengaruhi oleh momen-momen seperti bulan Ramadan, Lebaran, dan libur sekolah.

Namun demikian, ia tetap optimistis terhadap pertumbuhan produk olahan unggas karena termasuk makanan praktis dan terjangkau. “Produk ini mudah dijangkau, terutama oleh ibu-ibu muda. Ini adalah sumber protein hewani paling murah dan paling praktis,” tegasnya.

Malindo pun berkomitmen terus mengembangkan produk baru demi memenuhi selera konsumen yang dinamis. “Karena namanya makanan, orang bisa bosan. Maka kami terus berinovasi,” imbuh Rewin.

Ia pun menutup pernyataannya dengan menegaskan kembali misi perusahaan untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar pangan global. “Kepercayaan internasional terhadap produk kami mencerminkan kualitas dan daya saing pangan olahan Indonesia yang semakin diakui dunia. Ke depan, kami akan terus meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar ekspor, dan memperkuat sistem mutu serta traceabilitydemi membawa nama baik Indonesia di panggung dunia,” pungkas Rewin.

Repost dari Trobos Livestock  : https://troboslivestock.com/malindo-ekspor-perdana-produk-olahan-unggas-ke-uea/