Peternak Andalkan Iduladha Raih Cuan, Harga Sapi Rp 21 Juta per Ekor
Situasi tersebut diperkuat laporan para pedagang/peternak di Jawa ke PPSKI yang mengeluhkan sulitnya mencari sapi untuk dijual. Alhasil, peningkatan permintaan hewan kurban secara nasional, termasuk di Pulau Jawa, tidak terlalu signifikan. “Teman-teman di Jawa, terutama para pedagang pengumpul, menyampaikan keluhan bahwa mereka agak sulit mencari sapi untuk dijual. Artinya, permintaan tidak naik karena suplai bahan sapinya agak kurang,” kata Nanang.
Permintaan yang naik tidak signifikan itu juga bukan semata-mata karena faktor daya beli atau karena kesadaran berkurban yang berkurang, mengingat biasanya yang berkurban itu paling banyak adalah masyarakat yang sudah menabung dari tahun lalu, tapi ada faktor lain di antaranya dugaan penurunan populasi akibat PMK.
Lebih jauh Nanang mengatakan, hewan kurban sapi yang paling banyak diburu adalah dengan bobot hidup 300 kg per ekor dengan harga Rp 19-22 juta per ekor. Sedangkan sapi jumbo dengan bobot hampir 1 ton yang dibanderol Rp 100-150 juta per ekor biasanya dibeli oleh pejabat, pengusaha, atau artis.
“Kalau yang jumbo-jumbo itu tidak bisa jadi patokan atau acuan. Yang paling laku itu yang 300 kg dengan harga Rp 19-22 juta per ekor,” tutur Nanang. Masyarakat umumnya memilih sapi untuk berkurban, sedangkan untuk domba/kambing relatif terbatas dan memiliki pangsa pasar berbeda dengan sapi. “Hewan kurban pasti lokal, sehingga Iduladha benar-benar menjadi andalan para peternak,” ujar dia.
Suplai Surplus
Sementara itu, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (PKH Kementan) menyebutkan, kebutuhan hewan kurban nasional 2025 diperkirakan 2.074.269 ekor atau meningkat 1,98% dari 2024. Namun demikian, ketersediaan hewan kurban nasional tercatat 3.217.397 ekor sehingga terdapat surplus sekitar 1,14 juta ekor. Meski pasokan mencukupi, Dirjen PKH Kementan Agung Suganda mengingatkan kewaspadaan terhadap penyakit hewan menular strategis (PHMS) seperti PMK, Lumpy Skin Disease (LSD), dan antraks tetap menjadi prioritas.
Kementan pun telah menerbitkan surat edaran kewaspadaan terhadap zoonosis menjelang Iduladha. “Kami juga imbau agar hewan kurban yang tidak terjual tidak dikembalikan ke daerah asal, melainkan dipotong di rumah potong hewan (RPH) atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah potensi penyebaran penyakit,” kata Agung dalam keterangannya.
Menjelang Iduladha 2025, Kementan melepas 9.743 petugas pemantau hewan kurban untuk memastikan pelaksanaan kurban di seluruh Indonesia berjalan sesuai prinsip Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Apel pelepasan dilakukan di Kantor Pusat Kementan pada 28 Mei 2025 dengan dipimpin langsung Dirjen Agung.
“Kami ingin pastikan hewan kurban sehat, bebas dari penyakit, dan proses penyembelihan memenuhi prinsip kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan,” ujar Agung. Pelaksanaan pengawasan hewan kurban tahun ini difokuskan pada pemeriksaan dokumen Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem,legalitas tempat pemotongan, serta jaminan penerapan prinsip Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesejahteraan Hewan (Kesrawan).
Repost dari Investor : https://investor.id/business/399168/peternak-andalkan-iduladha-raih-cuan-harga-sapi-rp-21-juta-per-ekor/2