Sapi Merah Putih, Inovasi Genetika Menuju Swasembada Susu Nasional
Meningkatnya kebutuhan susu nasional menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan. Pada 2023, kebutuhan susu mencapai 4,53 juta ton, sementara produksi dalam negeri baru sekitar 18,54% atau 0,84 juta ton. Kekurangan tersebut dipenuhi melalui impor sebesar 3,7 juta ton.
Untuk mengatasi ketergantungan impor, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menggandeng PT Moosa Genetika Farmindo (Moosa Genetics) dan Kampus IPB menggelar program pengembangan sapi perah unggul.
“Kerja sama ini dilakukan dalam konteks pembangunan nasional, khususnya mendukung swasembada pangan dan program makan bergizi gratis,” ujar Sekretaris Kementerian PPN/Bappenas, Teni Widuriyanti, di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Moosa Genetics mengembangkan riset genetik yang menghasilkan sapi perah asli Indonesia bernama sapi Merah Putih. Teni menjelaskan, riset ini berbasis sapi lokal yang dikembangkan melalui bioteknologi reproduksi molekuler modern untuk meningkatkan produksi susu.
Dalam kesempatan serupa Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Bappenas, Leonardo Teguh Sambodo, menambahkan bahwa inovasi ini diharapkan meningkatkan kualitas SDM melalui program makan bergizi serta menurunkan kemiskinan. Hal ini penting, mengingat 80% produksi susu nasional masih dikelola peternak kecil.
“Ke depan, diharapkan program ini dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 8%,” jelas Teguh.
Ia menuturkan, pada 2023 Indonesia hanya menghasilkan 837,2 ribu ton susu dan menempati peringkat ke-76 dunia. Angka ini masih jauh tertinggal dibanding Thailand (1,27 juta ton) dan Vietnam (1,22 juta ton), meski lebih tinggi daripada Malaysia. Namun, dari sisi produktivitas, Indonesia masih kalah bersaing.
CEO Moosa Genetics, Deddy Kurniawan, mengungkapkan bahwa metode gene editing yang dikembangkan, akan mampu menghasilkan sapi perah khas Indonesia dengan ketahanan terhadap masalah produktivitas, iklim, hingga penyakit. Hingga kini, sudah lahir 80 ekor sapi Merah Putih.
“Target program sapi Merah Putih adalah meningkatkan populasi sekaligus produktivitas susu,” kata Deddy.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa peningkatan genetik dan pola pemeliharaan mampu mendongkrak pendapatan peternak hingga 2,3 kali lipat. Jika beternak biasa hanya menghasilkan sekitar Rp80 juta per sapi dalam lima tahun, maka dengan sapi Merah Putih peternak bisa meraup lebih dari Rp200 juta.
Selain itu, rekayasa genetika memungkinkan penyaringan kualitas sapi sejak lahir melalui pengecekan DNA. Proses ini akan menyeleksi sapi perah secara menyeluruh melalui standar yang dinamakan Indonesia Genomic Breeding Value (IGBV).
“IGBV dapat menjadi acuan untuk menentukan nilai ekonomis seekor sapi perah di Indonesia,” jelas Deddy.
Repost dari investortrust : https://investortrust.id/business/77207/sapi-merah-putih-inovasi-genetika-menuju-swasembada-susu-nasional