Sidak Pangkalan Ayam di Jakarta, Pemerintah Pastikan Distribusi dan Harga Stabil
Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah pangkalan ayam dan Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Jumat (16/5). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pengawasan distribusi dan pengendalian harga broiler (ayam ras pedaging) di wilayah sentra konsumen seperti DKI Jakarta dan sekitarnya.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, Hary Suhada, memimpin langsung kunjungan ke pangkalan ayam di Jakarta. Ia menegaskan bahwa pihaknya ingin memastikan distribusi ayam dari sentra produsen ke wilayah konsumen seperti Jabodetabek berjalan tanpa hambatan.
“Kami ingin memastikan distribusi dari sentra produsen ke wilayah konsumen seperti Jabodetabek berjalan lancar. Ini penting untuk menjaga ketersediaan dan harga ayam tetap pada level yang wajar,” ujar Hary di lokasi.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa distribusi ayam hidup ke RPHU Pulo Gadung terpantau stabil, tanpa fluktuasi signifikan. Ketersediaan broiler dinilai cukup. Meski demikian, pelaku usaha masih menghadapi tantangan, khususnya terkait fluktuasi harga dan tingginya beban biaya logistik.
Menanggapi kondisi tersebut, Hary menyampaikan komitmen Kementan untuk mendorong efisiensi rantai pasok dan integrasi sistem distribusi ayam. “Semua langkah ini bertujuan untuk melindungi peternak rakyat sekaligus menjaga keterjangkauan harga bagi konsumen,” tegasnya.
Kementan juga menekankan pentingnya peran aktif Organisasi Perangkat Daerah (OPD) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Hary berharap OPD mampu mengendalikan distribusi anak ayam umur sehari Final Stock (DOC FS), ayam hidup (livebird), dan karkas ayam secara lebih efektif.
Setiap OPD, lanjutnya, diharapkan melakukan pengumpulan dan analisis data kapasitas produksi serta kebutuhan konsumsi secara berkala di wilayah masing-masing. Dengan demikian, kebijakan distribusi dapat dirancang secara terarah dan berbasis data untuk mencegah kelebihan (oversupply) atau kekurangan pasokan (shortage), sekaligus menjaga stabilitas harga di tingkat produsen dan konsumen.
Dalam kunjungan tersebut, seorang pengusaha ayam asal Jakarta, Suparno Nojeng, yang telah berkecimpung di industri ayam sejak 1980, turut memberikan pandangannya. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar pasokan ayam hidup dan karkas ke Jakarta berasal dari Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Menurut Suparno, meskipun suplai ayam cenderung stabil, harga di tingkat peternak kerap berfluktuasi, sedangkan harga di pasar tetap relatif stabil. “Harga ayam selalu fluktuatif karena ketidaksinkronan antara peternak, pedagang, dan pembeli,” ujar Suparno.
Meski demikian, ia tetap optimistis terhadap langkah-langkah pemerintah dalam menangani persoalan ini. “Kita percayakan kepada pemerintah, apalagi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang menjelajah persoalan di masyarakat dari A sampai Z. Insya Allah, mudah-mudahan berjalan dengan baik dan saya akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian,” katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, dalam kesempatan terpisah menyatakan bahwa pemerintah akan merestorasi sistem tata niaga ayam ras nasional. “Rantai pasok ayam ras harus ditata ulang agar efisien dengan kolaborasi dan dukungan seluruh unsur pemerintah dan pelaku usaha,” ungkap Agung di Jakarta, Sabtu (17/5)
Repost dari Trobos Livestock : http://troboslivestock.com/detail-berita/2025/05/20/57/19293/sidak-pangkalan-ayam-di-jakarta-pemerintah-pastikan-distribusi-dan-harga-stabil